Headlines News :

Latest Post

Khasiat Hizib Ampuh

Khasiat hizib ini diantaranya adalah Insya Allah mendapat pertolongan secara ajaib/tidak terduga manakala menghadapi masalah apapun. Memperluas pintu rejeki, Selamat dari berbagai kejahatan.
- Ila hadhrotir nabiyyil musthofa Muhammadin Saw, alfatihah… (baca Al Fatehah 1x)
- khususon ila hadhroti Sadatina wa maulana sultonil Aulia syekh Abdul Qodir jailani, alfatihah… (baca Al Fatehah 1x)
- Bismillahirrohmannirrohim 1x
- Allahul kafi, robbunal kafi, Qoshadnal kafi, wajadnal kafi, likulin kafi, kafanal kafi, wa nimal kafi alhamdullilah 1x
- Hasbunnallahu wanimal wakil wanimal maulana wanimannashir 3x
- Wakafallohu muminimalqital 4x
- Amin,amiin,amiin,amiin,amiin. Yaa Allahu ya robbal alamin 1x
Keterangan : hizib diatas dibaca 3x sebelum shalat shubuh dan 3x Setelah sholat subuh
Manfaat :
- Untuk ketenangan hati, akan diberikan ketenangan dalam menghadapi segala tantangan hidup.
- Akan selalu datang pertolongan tidak terduga ketika menghadapi masalah.
- akan disayang segenap mahluk Allah.
- Memperluas jalan rejeki yg berlimpah.
- Diberi keselamatan dari marabahaya dan kejahatan termasuk berbagai senjata.

Syech Abdul Qodir Jailani


Nama lengkap beliau adalah Abu Soleh Muyhidin Abdul Qadir bin Musa Aljaelani Alhasani Alhuseini , dilahirkan di suatu tempat bernama “JAELAN” pada tanggal 1 romadhon tahun 471 H suatu daerah yang terletak dibagian luar dari negeri THABARISTAN. Beliau masih ada nasab dengan Rosululloh SAW.Beliau sejak muda gemar menuntut ilmu diantara guru-guru beliau adalah Syeck Abi al wafa’ , Syeck Abil Khaththab al kalwadzani, dan Syeck Abil Husein Abu ya’la, dan masih banyak guru-guru lainnya . Syech Abdul Qodir Al jaelani dengan penuh jeripayah berusaha memperoleh ilmu -ilmu agama seperti ilmu Fiqh, ilmu adad, ilmu thoriqoh sehingga dirinya menyebabkan menjadi seorang yang a’lim .


Beliau selalu dalam keadaan suci ( mempunyai wudhu terus) mengerjakan sholat subuh masih menggunakan wudhu’ yang diambil ketika hendak mengerjakan sholat isya’. Apabila berhadast maka beliau cepet-cepat mengambil air wudhu’. Setiap malam sehabis sholat isya hingga menjelang sholat subuh waktu nya dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan memperbanyak dzikir, tafakkur dan bertawajjuh kehadiratNYa. Sehingga beliau kurang tidur. Bagi beliau mempunyai pendirian hidup yang selalu didasarkan kepada tuntunan ajaran islam, beliau lebih suka makam rumput yang halal dari pada roti yang diperoleh dengan jalan Syubhat(samar) ini sikap kehati-hatian terhadap kehidupan dunia ini terutama terhadap benda apa saja yang syubhat kedudukannya apalagi terhadap benda yang jelas-jelas haram hukumnya.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Syech Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara Sufi di padang pasir Irak dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.

Diceritakan dalam kitab Manakib Syeck Abdul qodir al jalelani bahwa beliau melihat Cahaya agung yang memenuhi ufuk dan dari balik cahaya itu kemudian keluarlah sebuah gambaran tubuh ,lalu terdengar lah suara memanggil beliau: “Hai Abdul Qodir …!! Akulah Tuhan Mu !! sekarang aku nyatakan kepadamu bahwa semua yang haram aku halalkan padamu.” Maka berkatalah Syeck Abdul Qodir Al Jaelani :”aku berlindung kepada Alloh Dari syaithon yang terkutuk”, kemudian beliau ditanya,”Dari manakah kamu mengetahui bahwa dia aku ini syaithon…? Beliau menjawab dari perkataanmu “Telah aku halalkan yang haram padamu.”sebab aku (Syeck Abdul Qodir Al jaelani) tahu bahwa Alloh tidak pernah memerintahkan untuk berbuat kejahatan.”

Dikisahkan pula pada saat ibunya sudah berusia 60 tahun. Kemudian setelah ia menanjak ke masa remaja, ia pun minta izin pada sang ibu untuk pergi menuntut ilmu. Oleh sang ibu, ia dibekali sejumlah uang yang tidak sedikit, dengan disertai pesan agar ia tetap menjaga kejujurannya, jangan sekali-sekali berbohong pada siapapun. Maka, berangkatlah Syechk Abdul Qodir muda untuk memulai pencarian ilmunya. Namun ketika perjalanannya hampir sampai di daerah Hamadan, tiba-tiba kafilah yang ditumpanginya diserbu oleh segerombolan perampok hingga kocar-kacir. Salah seorang perampok menghampiri Syeck Abdul Qodir, dan bertanya, “Apa yang engkau punya?” Syeck Abdul Qodir pun menjawab dengan terus terang bahwa ia mempunyai sejumlah uang di dalam kantong bajunya. Perampok itu seakan-akan tidak percaya dengan kejujuranSyeck Abdul Qodir, kemudian ia pun melapor pada pemimpinnya. Sang pemimpin rampok pun segera menghampiri Syeck Abdul Qodir dan menggeledah bajunya. Ternyata benar, di balik bajunya itu memang ada sejumlah uang yang cukup banyak. Terheran-heran kepala rampok itu lalu berkata kepada Syeck Abdul Qodir: “Kenapa kau tidak berbohong saja ketika ada kesempatan untuk itu?” MakaSyeck Abdul Qodir pun menjawab: “Aku telah dipesan oleh ibuku untuk selalu berkata jujur dan tidak boleh berbohong . Dan aku tak sedikitpun ingin mengecewakan ibuku ” Sejenak kepala rampok itu tertegun dan merenung dengan jawaban syeck Abdul Qodir, lalu berkata: “Sungguh engkau sangat berbakti pada ibumu, dan engkau pun bukan orang sembarangan.” Kemudian ia serahkan kembali uang itu padaSyeck Abdul Qodir dan melepaskannya pergi. sejak saat ituKepala perampok beserta anak buahnya diberi Hidayah Oleh Alloh SWTdan bertaubat untuk tidak melakukan perbuatan merampok lagi.

Dan diantara Karomah Syeck Abdul Qodir Al Jaelani yang di terangkan dalam kitab Lubabul ma’ni, pernah ada seorang wanita berkunjung kepada Syeck Abdul Qodir Al jaelani dengan membawa anaknya agar berguru kepadanya, kemudian diperintahkan agar ia bermujahadah dan menlajani cara-cara hidup nya para ulama shalapus sholeh, lalu pada suatu saat wanita tadi melihat anaknya sangat kurus dan mengetahui anaknya makan roti yang basi dan buruk dan ketika wanita itu masuk ketempat Syeck Abdul Qodir Al jaelani dilihatnya ada tulang-tulang ayam bekas dimakan daging-dagingnya, maka wanita itu menanyakan tentang hal itu, kemudain Syeck Abdul qodir Al jaelani meletakkan tangannya diatas tulang-tulang ayam itu seraya berkata ” Bangkitlah dengan izin Alloh yang telah mengidupkan tulang-tulang yang telah hancur.” Makabangkitlah tualng-tulang itu menjadi ayam kembali seraya berkokok” laa ilaha illalloh muhammad rosululloh syeck abdul qodir waliyulloh..”

Peristiwa ini adalah merupakan Khoriqul ‘adat (diluar kebiasaan ) atau karomah yang diberikan Alloh SWT kepada wali-wali alloh, meskipun demikian itu menurut akal manusia biasa digambarkan sebagi suatu kejadian yang sama sekali tidak dapat diterima oleh oleh akal itu sendiri , akan tetapi bagaimana pun kenyataan peristiwa itu membuat akal manusia menjadi sadar untuk berkesimpulan betapa besar kekuasaan Alloh.


Silsilah beliau Al Arifbillah Assayyid Abdul Qadir al Jailani r.a

  1. Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  2. Sayyid Hasan
  3. Sayyid Hasan al Mutsanna
  4. Sayyid Abdullah al Mahdi
  5. Sayyid Musa al Jun
  6. Sayyid Dawud
  7. Sayyid Muhammad
  8. Sayyid Yahya Azzahid
  9. Sayyid Abdullah
  10. Sayyid Musa
  11. Syekh Abdul Qadir al Jailani r.a
Syeikh Abdul Qadir al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh para syekh, ulama, dan ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah.

Golongan Manusia Menurut Syekh Abdul Qodir Jailani

Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, bahwa manusia itu dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu :
  1. Manusia yang tidak mempunyai lisan dan hati, senang berbuat maksiat, menipu serta dungu. Berhati-hatilah terhadap mereka dan jangan berkumpul dengannya, karena mereka adalah orang-orang yang mendapat siksa.
  2. Manusia yang mempunyai lisan, tapi tidak mempunyai hati. Ia suka membicarakan tentang hikmah atau ilmu, tapi tidak mau mengamalkannya. Ia mengajak manusia ke jalan Allah Swt. tapi ia sendiri justru lari dari-Nya. Jauhi mereka, agar kalian tidak terpengaruh dengan manisnya ucapannya, sehingga kalian terhindar dari panasnya kemaksiatan yang telah dilakukannya dan tidak akan terbunuh oleh kebusukan hatinya.
  3. Manusia yang mempunyai hati, tapi tidak mempunyai ucapan (tidak pandai berkata-kata). Mereka adalah orang-orang yang beriman yang sengaja ditutupi oleh Allah Swt. dari makhluk-Nya, diperlihatkan kekurangannya, disinari hatinya, diberitahukan kepadanya akan bahaya berkumpul dengan sesama manusia dan kehinaan ucapan mereka. Mereka adalah golongan waliyullah (kekasih Allah) yang dipelihara dalam tirai Ilahi-Nya dan memiliki segala kebaikan. Maka berkumpullah dengan dia dan layanilah kebutuhannya, niscaya kamu juga akan dicintai oleh Allah Swt.
  4. Manusia yang belajar, mengajar dan mengamalkan ilmunya. Mereka mengetahui Allah dan ayat-ayat-Nya. Allah Swt. memberikan ilmu-ilmu asing kepadanya dan melapangkan dadanya agar mudah dalam menerima ilmu. Maka takutlah untuk berbuat salah kepadanya, menjauhi serta meninggalkan segala nasihatnya.
Semoga kita semua tidak termasuk kepada golongan yang pertama dan yang kedua dan semoga pula kita dilindungi dari golongan seperti itu.

Kanjeng Syech Abdul Qodir Jailani dan Kuda Berbulu Emas


Singkat cerita pemuda ini memang sudah lama mendengar berita tentang Kanjeng Syech yang sangat terkenal itu. Dalam hati kecilnya dia ingin belajar pada beliau. Pemuda ini bernama Somad yang tinggal di sebuah desa kecil cukup jauh dari kediaman kanjeng syech.

“Ayah, ibu, saya mohon ijin untuk belajar kepada kanjeng syech”, kata pemuda ini berpamitan kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya paham betul dengan tekad anak mereka ini karena sejak kecil dia memang cenderung kepada agama dan para tokoh-tokohnya. Dengan berbekal secukupnya dia berangkat. Pemuda ini berpenampilan sederhana karena demikian yang ia pahami tentang agama. Dia belum tahu persis dimana rumah kanjeng syech tapi dia yakin akan menemukan rumah sang guru karena syech ini terkenal dan mencari kediaman orang yang terkenal tidaklah sulit. Setelah bertanya beberapa kali ternyata rumah kanjeng syech tidak ditengah-tengah kota melainkan di pinggiran kota. Sampai di pertigaan masuk ke kampung si pemuda bingung dia harus lewat jalan yang mana. Dia bertanya pada penduduk setempat.

“Permisi ,pak, dimana arah kediaman kanjeng syech ?”

“Oh…anak ambil jalan yang kekanan nanti ada gang kecil anak belok kiri jangan lurus. Nah …nanti ada rumah itu rumah kanjeng syech”

“Terimakasih, pak, “ si pemuda segera ambil jalan ke kanan seperti yang ditunjukkan bapak itu.
“Waduh….lupa aku, itukan jalan belakang yang biasa aku lewati jalan menuju kandang kuda.. Kalau tamu seharusnya dari depan tidak dari belakang” kata bapak itu sambil celingukan mencari si pemuda tetapi si pemuda sudah tidak kelihatan. Ternyata bapak ini salah satu dari 3 orang pembantu kanjeng syech yang ditugaskan mengurusi kuda-kuda beliau. Ternyata benar, di ujung gang kecil itu banyak istal/kandang kuda. Si pemuda terkagum-kagum melihat kuda-kuda itu karena bulu dan buntut kuda itu berwarna keemasan. Belum pernah dia melihat bulu kuda berwarna emas seperti itu. Kuda itu tinggi besar,gagah sekali. Dia terus berjalan memperhatikan kandang kuda. Luar biasa ,alas kandang untuk tempat tidur kuda digelar karpet dan kandangnya dari kayu pilihan yang diukir. Kandang itu bersih sekali, tidak tampak kotoran berceceran. “Wah….wah…wah….luar biasa , ini kuda siapa,ya ?” tanya pemuda didalam hati. Dia terus berjalan, sekarang dia melewati kamar-kamar yang berjejer. Tampak bagus dan rapi. Di dalam salah satu kamar dia melihat banyak barang-barang seni yang mahal-mahal . Disamping kamar yang berjejer itu ada ruangan besar seperti aula. Bangunan aula itu megah sekali. Tampak jelas bahwa bahan dasar yang dipakai untuk membangun aula ini tidak sembarangan dan pasti dari bahan-bahan pilihan. Dia melihat disitu banyak orang berkumpul. Sepertinya mereka mengenakan seragam dan seragam mereka cukup baik dari warna maupun bahannya. Tampak beberapa orang mengawasi si pemuda dan jika si pemuda menatap mereka, orang-orang itu mengangguk sambil tersenyum. Si pemuda kelihatan kebingungan, “Jangan-jangan aku salah masuk rumah , masak ini rumah kanjeng syech” kata si pemuda mulai cemas. Dalam bayangan si pemuda rumah kanjeng syech seharusnya tidak demikian melainkan sebuah gubuk atau rumah sederhana. Tetapi yang dia temui sangat bertentangan dengan bayangannya. Dia pun jadi ragu-ragu. Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba ada orang yang mendatangi si pemuda dan bertanya dengan sopan :

“ Salam sejahtera, nak, saya lihat anak kebingungan. Anak siapa, dari mana dan hendak bertemu siapa ?”

“Saya Somad, pak,..ee..saya dari desa ujung kulon. Saya mencari kediaman kanjeng syech. Apa benar ini tempat tinggal kanjeng syech ?” tanya si pemuda.

“Benar, nak, ini kediaman kanjeng syech dan kami adalah murid-murid beliau”

“Kalau saya ingin bertemu kanjeng syech bisa,pak”

“Oooh…bisa, bisa, nak, hanya saja sekarang kanjeng syech sedang mengunjungi sahabat beliau yang sedang sakit. Kalau anak muda sudi kiranya menunggu beliau bersama kami”.

“Terimakasih,pak, “ jawab si pemuda. Kemudian si pemuda bergabung dengan para tamu di ruang tamu. Tidak henti-hentinya matanya mengawasi ruang tamu itu. Ruang tamu kanjeng syech begitu lebar dengan karpet tebal mahal terbentang memenuhi ruangan tersebut. Dinding ruang tamu itu dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligrafi indah. Ornamen-ornamen yang terpasang memberi kesan mewah pada ruangan itu. Lampu-lampu hias bergelantungan disana sini. Diatas karpet dihidangkan berbagai macam makanan dan minuman untuk menjamu tamu-tamu yang datang. Semua pemandangan dan keadaan yang ditemui si pemuda dari pertama hingga akhir memberi informasi ke otaknya dan membentuk satu kesimpulan bahwa kanjeng syech kaya raya dan bergelimang dengan kemewahan. Si pemuda merenung. Tidak seperti yang dibayangkanya jika ini benar kediaman kanjeng syech. Mengapa orang yang selama ini terkenal zuhud dan dan kesolehannya ternyata hidup dalam kemewahan dan serba enak?, pikir si pemuda. Ini tidak benar, tidak sesuai dengan ajaran. Tidak tampak konsep zuhud berjalan di tempat ini pikirnya. Wali kadunyan istilahnya, mereka sering mengatakan seperti itu. Maksudnya seorang ulama yang hidup dengan materi duniawi yang melimpah dan menyukai cara hidup seperti itu. Hati pemuda berontak karena tidak sesuai dengan pendiriannya. Dia harus segera pergi agar tidak terjebak dengan keadaan disitu dan tidak terkena v irus cinta dunia, pikirnya. Si pemuda berdiri dan segera berpamitan.

“Tidak menunggu kanjeng syech,mas, sebentar lagi beliau pulang” kata santri menahan si pemuda

“Saya harus kembali sekarang,pak”jawab si pemuda tanpa memberikan jawaban yang jelas. Dia segera berdiri dan keluar dari ruang tamu kanjeng syech. Kali ini dia tidak salah jalan, Dia melewati pintu gerbang depan. Belum jauh dia melangkah terdengar suara gemerincing dari kejauhan. Si pemuda menghentikan langkahnya. Dia sembunyi di balik pohon sambil mengawasi siapa gerangan yang akan lewat. Dadanya berdegup kencang, “Jangan-jangan itu kanjeng syech “ pikirnya. Suara gemerincing semakin dekat dan tampak dari jauh sebuah kereta kencana mendekat. Kereta itu tampak berkilau terkena sinar matahari. Empat ekor kuda berwarna keemasan menarik kereta itu. Luar biasa bagusnya kereta kencana itu dan….oh….itu kanjeng syech….gumam si pemuda. Penampilan beliau yang gagah dan berwibawa. Dari wajah beliau terpancar aura yang menentramkan hati. Ahh….itu hanya tampilan luar, aku sudah tahu siapa kanjeng syech itu sebenarnya, dia hanyalah orang biasa yang senang hidup mewah bergelimang harta. Seharusnya ulama tidaklah demikian. Jika beliau paham ilmu agama mengapa beliau berpenampilan seperti itu ? kata si pemuda menilai kanjeng syech. Dia segera meninggalkan tempat itu sambil sedikit menggerutu. “Wali taek”, katanya.

Sampe di rumah, dia segera menemui kedua orang tuanya. Bapak dan ibunya heran kenapa si pemuda cepat sekali pulang. Belum sempat mereka bertanya si pemuda sudah menerangkan bahwa kanjeng syech yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat dan terkenal itu tidaklah seperti apa yang mereka sangka. Si pemuda kemudian menceritakan perjalananya ke kediaman kanjeng syech dan mengemukakan alasan kenapa dia pulang. Kedua orang tua si pemuda diam tidak memberi komentar apa-apa.

“Terserah padamu saja, semua ini adalah keputusanmu dan pasti ada hikmah dibalik ini semua” kata bapak pemuda itu.

“Ya ,pak, saya mau belajar ditempat lain saja” pemuda memutuskan.


Kejadian yang menimpa Somad sepulang dari kediaman Kanjeng Syech

Hari berganti hari, tidak terasa sudah 1 bulan si pemuda terbaring di tempat tidur. Dia jatuh sakit sejak pulang dari kediaman kanjeng syech. Penyakit aneh yang dideritanya badannya panas 3 hari dan setelah turun panasnya seluruh tubuh tidak bisa digerakkan, lumpuh istilahnya tapi dia sadar dan bisa diajak berbicara. Kedua orang tuanya sangat sedih melihat keadaan putra mereka. Sudah banyak ahli pengobatan yang dimintai tolong menyembuhkan putra mereka tapi belum juga kelihatan hasilnya. Dan sekarang sudah empat bulan si pemuda terbaring dan belum tampak perubahan pada dirinya. Kesedihan bertambah dalam dirasakan oleh kedua orang tuanya tetapi si pemuda masih optimis penyakitnya bisa disembuhkan. “Saya mohon bapak jangan putus asa, mohon dicoba sekali lagi barangkali Tuhan kiranya berkenan menunjukkan jalan kesembuhan”. Setelah berkata demikian bapak si pemuda teringat teman lamanya yang juga ahli pengobatan tetapi jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. Si bapak segera bersiap berangkat menemui temannya. Perjalanan dua hari akan dia tempuh demi mencari kesembuhan untuk putranya. Tidak sulit bagi si bapak mencari rumah temannya karena dulu dia sering berkunjung ke rumah sobatnya itu. Setelah bertemu dia menceritakan penyakit anaknya kepada temannya itu. Temannya diam seperti bermeditasi mencari petunjuk. Tiba-tiba :

“ Wah…..ini penyakit langka dan tidak biasa. Barangkali anakmu pernah menyakiti seseorang atau berbuat zholim pada seseorang yang bukan orang biasa.Penyakit ini hanya bisa diobati dengan obat yang sulit didapat dan mahal harganya”.

“Kalau boleh tahu apa obat penyakit anak saya ?”

“Obatnya memakan 10 hati kuda dan kudanya bukan kuda biasa”

“Sepuluh hati kuda ? Kuda apa ?”

“Kuda yang bulu dan buntutnya berwarna emas”

“Matek aku…, dimana saya bisa mendapatkan kuda seperti itu?”

“Itulah sulitnya. Andaipun ada belum tentu yang punya mau menjual kuda itu karena langka. Seumpama dijual tentunya harganya mahal sekali”

Bapak si pemuda terdiam putus asa. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Selain sulit mencari obat untuk anaknya, kalaupun ada belum tentu bapak itu sanggup untuk membayar karena tidak mungkin kuda langka seperti itu dijual dengan harga biasa.

“Terimakasih banyak atas bantuanmu. Kami mohon doa semoga kami bisa menemukan obat ini dan anak kami bisa pulih kembali. Jika ada berita penting tolong segera disampaikan kepada saya”.

“Sama-sama, semoga kamu berhasil dan anakmu segera pulih”. Bapak pemuda pamit dan segera pulang. Sampai di rumah si bapak menjelaskan perihal obat anaknya kepada istrinya. Ibu si pemuda menangis mendengar penjelasan itu. Ibu si pemuda juga berpikiran sama dengan bapak Somad , tidak tahu harus berbuat apa untuk bisa menolong anaknya. Dengan berat hati keduanya menemui si pemuda yang terbaring dan menjelaskan kepadanya obat yang bisa menyembuhkanya. Somad tidak bisa berkata sepatah katapun, tampak matanya berkaca-kaca kemudian dia meneteskan air mata. Ada penyesalan dalam batinya. Dia teringat ketika dia mendatangi kediaman kanjeng syech. Dia melihat perjalan itu seperti film yang diputar ulang dan tiba pada saat dia melalui jalan belakang dia tersentak kaget karena dia melihat dalam bayangan itu dia berjalan melalui istal/kandang kuda dan ….yach….tidak salah lagi kuda yang ada di kandang itu bulu dan buntutnya berwarna emas. Kanjeng syech lah yang punya kuda seperti itu. Dia berteriak memanggil kedua orang tuanya dan menceritakan bahwa yang punya kuda berbulu emas ialah sang ulama terkenal yang berjuluk kanjeng syech yang pernah ia datangi rumahnya. Dia memohon kepada bapaknya agar menemui kanjeng syech dan memohon kepada beliau sudi kiranya memberikan hati kuda itu untuk obat anaknya. Tapi sepertinya si bapak sangat keberatan dengan permintaan putranya itu karena untuk bertemu dengan kanjeng syech saja dia sudah segan apalagi meminta hati kuda berbulu emas ? Wow… rasanya seperti memikul gunung dan menyelam ke dasar lautan. Sungguh tidak kuasa untuk menyampaikan permintaan seperti itu.

“Dicoba dulu, pak, ini namanya ikhtiar siapa tahu kanjeng syech berkenan membantu kita. Paling tidak beliau bisa memberi saran dan nasehat” ibunya mengusulkan. Si bapak berpikir pasti ada hubungan antara penyakit anaknya dan sosok kanjeng syech. Tidak mungkin penyakit aneh seperti ini muncul begitu saja.

“Nak, coba kamu ceritakan bagaimana sebenarnya kejadian yang kamu alami ketika kamu berkunjung ke rumah kanjeng syech”. Si pemuda pun menceritakan dari pertama sampai terakhir apa yang dia alami dan temui ketika dia berkunjung ke rumah kanjeng syech dan termasuk persangkaan dia terhadap beliau. Si bapak mendengarkan dengan seksama penuturan si anak. “Inilah hikmah yang sebenarnya. Ya Tuhan , maafkan putraku yang telah menyakiti kekasihMu, yang dia tahu hanyalah sebatas ilmunya saja. Oleh karena itu engkau arahkan hatinya kesana dan engkau ciptakan sakit putra hambaMu yang hina ini untuk Engkau ajarkan kapada dia ilmuMu yang sebenarnya. Semua ini berjalan sesuai dengan ilmu, kehendak dan keputusanMu. Tolonglah aku ,Wahai Sang Maha Pengasih….”demikian doa si bapak dalam hatinya.Setelah hening sebentar si bapak melanjutkan :“Baiklah kalau begitu bapak akan menemui kanjeng syech dan menceritakan perihal sakitmu serta memohon saran kepada beliau”. Besok harinya pagi-pagi benar bapak Somad berangkat menuju kediaman kanjeng syech. Sampai diluar pintu gerbang, bapak si pemuda ditemui oleh salah seorang santri kanjeng syech : “ Salam sejahtera. Silahkan , pak, bapak sudah ditunggu oleh kanjeng syech”. Si bapak terkejut mendengar penuturan santri kanjeng syech itu, berarti beliau sudah mengetahui kedatanganya. Benar saja, begitu si bapak masuk pintu gerbang, tampak kanjeng syech berdiri di depan pintu rumah menunggu dia sambil tersenyum.

“Bagaimana perjalananya, pak? Bapak pasti lelah mari silahkan masuk dan beristirahat sejenak” sambut kanjeng syech dengan ramah. Oh…ini kanjeng syech, orangnya tinggi besar, kulitnya kemerah-merahan, wajah beliau tampan dan berjenggot. Kanjeng syech masuk lagi kedalam. Para pelayan segera menghidangkan makanan dan minuman.

“Mari silahkan , pak “para pelayan mempersilahkan. Benar apa yang dikatakan si Somad, rumah kanjeng syech megah dan indah, beliau memang orang berada. Tidak lama kemudian kanjeng syech muncul kembali dan duduk bersama tamu-tamu yang lain. Bapak si Somad segera menghadap : “ Maap kanjeng syech, kedatangan saya kemari untuk minta saran dan nasehat, apa yang harus saya lakukan untuk mengobati anak saya”

“ Anak bapak sakit ?”

“Benar, kanjeng syech. Anak saya lumpuh”

“Sudah lama sakitnya ?”

“Belum, kanjeng syech, kira-kira empat bulan yang lalu”. Kemudian si bapak menceritakan awal mula penyakit anaknya dan obat yang dia cari yaitu hati kuda berbulu emas.

“Aneh juga sakitnya ya….. Tapi bapak ndak usah kawatir. Kalau obatnya hati kuda berbulu emas kebetulan saya punya kuda jenis seperti itu” kata kanjeng syech dengan tenang. Bapak si pemuda mengucap sukur sambil memegangi wajahnya namun ada satu permasalahan berat, berapa dia harus membayar untuk menebus seekor kuda berbulu emas ? apalagi persyaratannya sepuluh ekor ? bapak si pemuda termenung kembali, wajahnya kelihatan murung. Dia bertanya di dalam hatinya apakah dia sanggup untuk menebus kuda-kuda itu.

“Bapak tidak usah memikirkan uang penebus kuda” kata kanjeng syech. Si bapak teerkejut karena kanjeng syech tahu apa yang dipikirkannya.

“Jika bapak butuh silahkan dimanfaatkan.Kami ikhlas membantu bapak sampai anak bapak sembuh” ujar kanjeng syech menenangkan si bapak. Bapak si Somad menangis tersedu-sedu, dia tidak tahu harus berterimakasih dengan cara apa kepada kanjeng syech yang sangat penolong itu.

“Terimakasih ,kanjeng syech, saya tidak tahu harus bagaimana membalas budi baik kanjeng syech kepada keluarga kami. Hanya doa-doa yang bisa kami panjatkan semoga kanjeng syech dan seluruh warga disini selalu mendapat rahmat dan barokah dari Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”

“Aaa…miii….n” gemuruh suara para santri, para tamu dan jama’ah yang hadir. Ternyata mereka dari tadi mengikuti dengan seksama dialog antara kanjeng syech dan bapak si Somad.

“Ali, temani bapak ini ke kandang. Sembelih satu ekor kuda, ambil hatinya dan serahkan pada bapak ini untuk obat putranya”.

“Baik, kanjeng syech” jawab Ali. Ali adalah salah satu santri senior kanjeng syech yang sudah berpuluh tahun menyantri disitu. Ali segera menggandeng tangan si bapak dan mengajak beliau ke kandang. Sampai di kandang si bapak terkagum-kagum melihat kandang kuda yang bisa dikatakan lebih baik dari rumahnya. Semuanya berisi kuda-kuda pilihan yang bulu dan buntutnya berbulu emas. Ali dan para santri yang lain segera melaksanakan amanat dari kanjeng syekh. Satu kuda disembelih kemudian hatinya diambil dan diserahkan kepada bapak si Somad.

” Terimakasih, nak Ali. Saya merepotkan nak Ali saja”

“Sama-sama, pak. Ini sudah tugas saya. Sebaiknya bapak segera pulang dan mengobati putra bapak. Mereka sudah menunggu. Nanti jika sudah waktunya pengobatan, bapak segera menghadap kanjeng syech dan jangan segan-segan karena kalau bapak segan terus bapak mengurungkan niat berarti bapak terkena cobaan demikian pula kanjeng syech . Semoga bapak bisa memahami ini ” kata Ali ; santri senior kanjeng syech.

“Ya, nak, terimakasih atas nasehatnya”. Si bapak segera pulang. Dia lewat belakang yaitu jalan yang dilalui putranya;Somad. Si bapak menghitung kandang kuda ternyata ada sepuluh kandang kuda berisi semua kecuali satu kandang sebelah paling kanan, kosong, karena hatinya sudah dibawa oleh si bapak. Sampai di rumah ibu si pemuda ternyata sudah menunggu-nunggu kepulangan suaminya.


Pengobatan dengan hati kuda berbulu emas

“Bagaimana, pak, berhasil ? bapak bertemu kanjeng syech ? beliau bilang apa ? “ si ibu mendera si bapak dengan pertanyaan. Bapak tidak menjawab melainkan beliau bersungkur sujud kepada Tuhannya sebagai tanda terimakasih atas petunjuk dan anugrahNya. Kemudian si bapak menceritakan perjalanannya hingga kembali. Ibu si pemuda menangis terharu karena mendapat perlakuan begitu baiknya dari kanjeng syech. Bertambah yakin mereka kalau kanjeng syech bukanlah orang biasa. Tanpa menunda-nunda hati kuda segera dimasak kemudian disuapkan ke putra mereka yang lumpuh. Satu hati kuda dihabiskan selama satu minggu. Setelah seminggu perubahan terjadi pada si pemuda. Dia bisa menggerakkan telapak dan jari kakinya. Tapi hanya itu saja yang bisa dia gerakkan. Dua minggu sudah berlalu, si bapak teringat pesan Ali; santri kanjeng syech agar segera menghadap kanjeng syech jika sudah waktunya. “Sepertinya aku harus menghadap kanjeng syech untuk pengobatan yang kedua” kata si bapak. Pagi-pagi si bapak berangkat dan sampai diluar pintu gerbang dia dihampiri salah seorang santri kanjeng syekh seperti kedatangannya yang pertama. “Mari, pak, bapak sudah ditunggu ole kanjeng syekh”. Benar saja, begitu si bapak masuk pintu gerbang kanjeng syekh sudah berdiri di pintu sambil tersenyum lebar. “Bagaimana perjalananya, pak? Bapak pasti lelah,mari silahkan masuk dan beristirahat sejenak” sambut kanjeng syech dengan ramah. Setelah istirahat kanjeng syech bertanya “ Bagaimana keadaan putranya ?”

“Terimakasih atas kebaikan kanjeng syech, sekarang dia sudah bisa menggerakkan telapak kaki dan jari kakinya” jawab si bapak berbinar-binar.“Syukurlah, semoga terus ada perkembanganya. Ali, setelah cukup beristirahat antar bapak ke kandang dan segera ambilkan hati kuda yang kedua”

“Sendiko dawuh , kanjeng syech”. Setelah cukup beristirahat, Ali menggandeng tangan si bapak dan mengajak beliau ke kandang. Bapak Somad terheran-heran, dia merasa seakan-akan tidak ada perubahan apa-apa pada diri kanjeng syekh dan santri-santri beliau, biasa-biasa saja. Kanjeng syekh sama sekali tidak terlihat seperti orang yang kehilangan harta benda. Ekspresi wajah beliau tetap tenang, datar dan biasa-biasa saja. Luar biasa….kuda semahal ini seperti tidak berharga pada diri beliau dan kehilangannya pun sama sekali tidak berpengaruh apa-apa pada diri kanjeng syekh.

“Ini ,pak, hati kudanya, segera bapak bawa pulang karena keluarga bapak sudah menunggu di rumah. Jika sudah waktunya segera bapak kesini untuk pengobatan berikutnya. Bapak jangan segan atau sungkan. Jika bapak segan kemudian mengurungkan niat bapak, itu tandanya bapak kena coba dan kanjeng syech pun demikian”

“Baiklah ,nak, terimakasih” jawab si bapak sambil mengingat-ingat nasehat itu. Si bapak merasa bahwa nasehat itu persis seperti nasehat Ali yang pertama. Dia lewat jalan belakang lagi. Sekarang dia melihat sudah dua istal/kandang kuda yang kosong. Si bapak menghela napas pertanda berat pada batinnya. Sesampai di rumah hati yang kedua segera diberikan. Selang satu minggu tampak si pemuda menaikkan betisnya sedikit demi sedikit. Itu perubahan kedua yang dia dapat. Tampak wajah si pemuda berseri-seri dan ibunya tidak henti-henti berucap sukur. Kini sudah tiga minggu berlalu sepertinya sudah saatnya si bapak untuk kembali lagi mengambil hati yang ketiga. Pagi-pagi beliau berangkat dan sampai diluar pintu gerbang, seperti biasa seorang santri menghampiri beliau: “Mari, pak, silahkan. Kanjeng syekh sudah menunggu bapak” . Benar saja, seperti biasa kanjeng syekh sudah menunggu didepan pintu sambil tersenyum lebar. Si bapak segera mencium tangan kanjeng syech ketika bersalaman.

“Bagaimana, pak, perjalanannya ? Bapak pasti lelah. Silahkan istirahat dulu”.

“Terimakasih kanjeng syekh”

“Bagaimana kabar putranya, sudah ada kemajuan ?”

“Berkat doa dan pertolongan kanjeng syekh anak saya sudah bisa menggerakkan betisnya”

“Syukurlah kalau begitu. Ali….setelah cukup istirahatnya segera ambilkan hati kuda yang ketiga”

“Sendiko dawuh, kanjeng syech”. Kanjeng syech masuk kedalam. Setelah beberapa saat ,Ali menggandeng tangan bapak si Somad dan mengajak beliau ke kandang. Hati ketiga segera diserahkan kepada bapak. “Ini hati yang ketiga,pak, mohon segera dibawa pulang untuk diberikan pada putra bapak karena mereka sudah menunggu bapak. Dan jika sudah waktunya, bapak segera kembali kesini untuk menerima obat yang ke empat. Bapak tidak boleh segan atau sungkan. Jika bapak segan kemudian bapak mengurungkan niat bapak berarti bapak terkena cobaan dan kanjeng syech pun demikian. Semoga selamat sampai di rumah” pesan Ali; santri senior kanjeng syekh.

“Baiklah,nak, terimakasih”. Si bapak segera pulang lewat pintu belakang. Sekarang tiga kandang yang kosong. Bapak Somad menghela napas. Dia berpikir bahwa Ali selalu mengingatkan dia ketika pulang dengan nasehat yang sama. Pasti ada sesuatu dalam ucapan Ali dan tidak mungkin Ali bicara sembarangan kata bapak dalam hatinya. Sampai di rumah hati ketiga segera diberikan. Pada minggu berikutnya, Somad sudah bisa menggerakkan kakinya keseluruhan. Tapi masih belum bisa menggerakkan badannya bagian atas. Demikianlah seterusnya yang dilakukan si bapak untuk putranya. Hati keempat Somad bisa menggerakkan pinggulnya. Hati kelima dia bisa menggerakkan badannya bagian atas. Hati keenam untuk lengan bagian atas. Hati ketujuh untuk lengan bagian bawah. Hati kedelapan untuk telapak tangan dan jari-jarinya. Hati kesembilan Somad bisa menggerakkan bahunya. Kini Somad sudah mampu menggerakkan seluruh anggota badannya hanya tinggal leher yang tidak bisa dia tegakkan. Obat terakhir barangkali yang bisa mengatasi ini kata hati Somad.

“Bapak berangkat besok?”

“Ya, besok ini bapak berangkat. Semoga tidak ada halangan apa-apa karena ini obat terakhir”.

Besok harinya si bapak berangkat. Perjalanan terakhir ini terasa berat sekali, tidak seperti biasanya. Perut si bapak terus terasa lapar dan tenggorokan selalu haus minta minum. Badan lemas dan kaki pegal-pegal. Bertemu dengan orang aneh-aneh dan mendapati pemandangan yang kurang nyaman.Berkali-kali si bapak ingin mengurungkan niatnya dan kembali ke rumah, tapi pada saat itu juga dia teringat pesan Ali yang selalu diulang-ulang ketika dia hendak pulang. Akhirnya sampai juga si bapak di samping pintu gerbang dan seperti biasa seorang santri menyamperi si bapak: “Mari silahkahkan ,pak, kanjeng syech sudah lama menunggu bapak” . Sampai depan pintu kanjeng syech menyambut bapak seperti biasa . Si bapak melirik ke dalam ruang tamu ternyata tamu yang hadir banyak sekali namun kanjeng syech masih menyempatkan diri untuk menyambut si bapak.’ Kedatanganku ini sebenarnya merepotkan kanjeng syech tapi mengapa kanjeng syech mau berkorban demikian besar untuk aku dan putraku padahal kami ini hanya orang miskin dan tidak punya apa-apa. Apa sebenarnya rahasia dibalik semua ini dan apa maksud kanjeng syech sendiri ?’ kata si bapak dalam hati.

“Bagaimana, pak, perjalanannya ? bapak pasti lelah, mari silahkan istirahat sejenak. Oh..iya, bagaimana keadaan putra bapak ? sudah banyak perkembangannya ?”. Bapak tidak menjawab justru malah menangis tersedu-sedu. “Maapkan kami, kanjeng syekh, kami telah banyak sekali merepotkan kanjeng syekh. Bagaimana kami harus membalasnya sedangkan kami tidak punya apa-apa selain nyawa yang ada di badan kami” kata si bapak sambil tersedu-sedu. “Sudah sembilan kuda yang dikorbankan sekarang akan ditambah satu lagi jadi sepuluh. Ya Tuhan……bagaimana kami ini , kanjeng syech, bagaimana kami ini…?” kata si bapak mengiba tidak berdaya.

Kanjeng syech tetap duduk tegak. Tidak tampak perubahan pada wajah beliau selain keteduhan, bagai pohon yang rindang tempat orang berlindung dari sengatan panasnya matahari. Bibir beliau tersungging senyuman dan senyum itu jika dilihat orang yang keras hatinya seperti apapun akan tunduk khusyuk.

“Tidak…tidak ada yang direpotkan. Kami dan para santri semua rela menolong putra bapak. Harapan kami nantinya putra bapak bisa sembuh kelak menjadi anak yang soleh, itu saja”

“Terikasih atas pertolongan kanjeng syech. Putra saya sekarang sudah semakin membaik. Tinggal leher yang belum bisa dia gerakkan” jawab si bapak terbata-bata sambil menyeka air mata.

“Syukurlah kalau begitu. Semoga dengan hati yang kesepuluh ini putra bapak pulih seperti sedia kala. Ali, jika sudah cukup istirahatnya segera antar bapak ke kandang dan ambil hati kuda yang kesepuluh”

“ Sendiko dawuh, kanjeng syech”. Setelah dirasa cukup Ali segera menggandeng tangan si bapak dan mengantarnya ke kandang. Kuda kesepuluh pun disembelih kemudian hatinya dan diserahkan ke bapak Somad.

“Ini hati kesepuluh, pak, segera bapak bawa pulang dan berikan ke putra bapak semoga dia segera pulih seperti sediakala. Dan nantinya jika masih ada hal-hal yang perlu bapak sampaikan kepada kanjeng syech segera bapak kemari dan jangan segan atau sungkan. Jika bapak segan kemudian mengurungkan niat bapak , berarti bapak kena coba dan begitu pula kanjeng syekh”

“Baik, nak, akan selalu saya ingat pesan anak”. Bapak itu segera pulang lewat jalan biasanya, sekarang dia melihat sepuluh kandang kuda yang kosong. Si bapak menangis melihat pemandangan itu. Ini semua karena aku jerit hatinya. Ibu si pemuda sudah menunggu di depan pintu. “Kok lama sekali pulangnya, pak, nggak kayak biasanya ? ada apa , pak ? kanjeng syech bilang apa ?” tanya ibu cemas. Si bapak tidak menjawab, dia langsung bersungkur sujud sebagai tanda syukur karena lulus dari satu perjalanan berat. Pulang pergi yang biasanya dia tempuh selama 5 hari kini harus dilaluinya dua kali lipat alias sepuluh hari perjalanan. Kalau bukan karena pertolongan Tuhan, perjalanan ini tidak mungkin berhasil ia lalui.

“Kanjeng syech menyampaikan salam kepada kalian semua dan ini hati kuda yang kesepuluh segera berikan pada Somad” jawab bapak singkat. Hati itu segera dimasak kemudian diberikan pada Somad selama satu minggu.

“Wahai Tuhan, apa sebenarnya yang akan Engkau berikan pada Somad sehingga Engkau beri cobaan seberat ini pada dia. Wahai Tuhan , Engkau Maha tahu ,Maha Kuasa, aku pasrahkan urusan ini kepadaMu sebab Engkaulah Sang Pencipta dan dalam genggaman tanganMu langit bumi ini berada” jerit hati si bapak dalam doanya. Tiba-tiba…

“Kreek…” si bapak terkejut mendengar suara itu. Tengah malam begini siapa yang membuka pintu. Si bapak bangkit dan menuju arah suara. “Kricik…kricik….kricik…” sekarang berganti suara air gemericik. Perlahan-lahan si bapak mengintip……..ternyata si Somad; putranya; sedang bersih-bersih mengambil air wudlu. Somad sudah bisa berjalan sekarang karena dia sudah bisa menggerakkan dan menegakkan lehernya. Pada pagi harinya Somad keluar menghirup udara segar. Tetangga kanan kiri menyapa Somad dan menanyakan kesehatannya. Somad sangat bersukur dia bisa sembuh dari lumpuhnya. Hampir satu tahun dia terbaring. Setelah sarapan pagi dia menemui bapak dan ibunya.

“Bapak… Ibu…, Somad sekarang sudah sembuh. Apa yang akan kita lakukan untuk membalas kebaikan kanjeng syech ?”

“Sebaiknya kita semua sowan menghadap kanjeng syekh. Disanalah nanti kita tahu apa yang akan kita lakukan untuk membalas budi kanjeng syech. Sekarang kita berkemas-kemas besok kita berangkat menuju kediaman kanjeng syekh”.

Esok harinya mereka berangkat . Selama dalam perjalan Somad teringat bagaimana dia setahun yang lalu melalui jalan ini menuju kediaman kanjeng syech. Dia menyadari bahwa persangkaannya selama ini kepada kanjeng syeh tidak benar hanya saja dia masih bingung dan belum mengerti kenapa kanjeng syech hidup dengan kemewahan. Dia berharap semoga nantinya dia mendapat penjelasan dari apa yang ia alami selama ini. Sampai di depan pintu gerbang seorang santri menghampiri mereka : “ Salam sejahtera, mari silahkan , kanjeng syech sudah menunggu bapak sekalian”. Si bapak tidak heran dengan sambutan ini karena sudah sepuluh kali dia mengalaminya tetapi lain halnya dengan Somad dan ibunya. Mereka terheran-heran seperti bapak Somad pada awalnya. Benar saja begitu mereka masuk dan mendekat, tampak kanjeng syech berdiri di depan pintu menyambut mereka. “Salam sejahtera semuanya, mari silahkan masuk dan beristirahat” sapa kanjeng syech. Ibu si pemuda terkagum-kagum melihat keelokan kediaman kanjeng syech. Ruang tamu itu begitu indah dengan taman di depan rumah nan asri. “Salam sejahtera, kanjeng syech, puji sukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa putra saya sudah sembuh dari lumpuhnya. Atas bantuan kanjeng syech kami sekeluarga mengucapkan banyak terimakasih dan kami tidak tahu dengan apa kami harus membalas kebaikan kanjeng syech yang tidak terhingga ini”

“Wah…bapak ini…. jangan melebih-lebihkan sesuatu yang sudah jadi kewajiban. Hanya itu yang bisa saya lakukan dan sumbangkan kepada bapak. Semua itu bukan milik saya, ini hanyalah titipan Tuhan yang nantinya akan kembali kepadaNya. Oh…ini putra bapak…siapa namanya ?”

“Saya Somad, kanjeng syech”, jawab Somad sambil menunduk. Dia tidak berani memandang kanjeng syech karena rasa malu pada dirinya. Somad merasa bersalah karena dia sudah berprasangka buruk pada kanjeng syech. Hanya saja sampai sekarang dia belum mengerti, belum paham betul bagaimana yang sebenarnya.

“Berapa umurmu ?”

“Saya 19 tahun, kanjeng syech”.

“Apa pekerjaanmu ?”

“Saya belum bekerja, kanjeng syech, mohon petunjuknya”

“Sudilah kiranya kanjeng syech membimbing putra saya” bapak si pemuda menyela.

“Kamu mau jadi santri disini ?” kanjeng syech menawarkan.

“Mau, kanjeng syech, jika kanjeng syech berkenan” jawab si pemuda.

“Jika kamu aku terima jadi santri, aku tugaskan memelihara kuda kamu mau ?”

“Mau, kanjeng syech, jika itu membuat ridlo hati kanjeng syech”, jawab si pemuda mantap. Si bapak heran, kuda yang mana ? bukankah kuda kanjeng syech sudah disembelih semuanya karena hatinya diambil untuk obat anaknya ?

“Bagaimana, bu ?” tanya kanjeng syech kepada ibu si Somad.

“Saya rela, kanjeng syech, semoga nantinya putra saya jadi anak yang soleh” jawab ibu.

“Baiklah kalau begitu mulai sekarang kamu nyantri disini dan kamu aku tugaskan memelihara kuda bersama santri-santri yang lain”

“Terimakasih ,kanjeng syech” jawab si pemuda kegirangan. Hatinya senang sekali karena harapannya menjadi seorang santri kini terwujud. Dia berjanji akan melayani kanjeng syech dengan sebaik-baiknya dan dia yakin pertanyaan yang selama ini mengendap dalam dirinya akan segera terjawab.

“Bapak dan ibu menginaplah disini barang satu atau dua malam baru pulang”

“Terimakasih kanjeng syech, semoga kebaikan kanjeng syech mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Pengasih”

“Aaa…miii….n” gemuruh suara para santri, para tamu dan jama’ah yang hadir mengaminkan doa si bapak.

“Ali, antar Somad ke kamar santri untuk istirahat. Bapak dan ibu silahkan istirahat, anggap ini rumah sendiri dan jangan sungkan-sungkan. Semoga Alloh merahmati kita semuanya”.

“Aaa…miii….n” suara membahana dari para santri, tamu dan jama’ah yang hadir mengaminkan doa kanjeng syech.

Esok harinya bapak dan ibu Somad berpamitan.

“Kami titip putra kami, kanjeng syech, semoga berguna dan bisa berbakti kepada kanjeng syech dengan sebaik-baiknya dan mendapat ilmu yang manfaat”.

“Amin, amin. Jangan lupa doakan si Somad nantinya kerasan disini. Bapak dan ibu hati-hati di jalan, semoga selamat sampai rumah. Jika bapak dan ibu kangen putranya silahkan datang kemari untuk menjenguknya”

“Kanjeng syech, bolehkah kami menemui putra kami sebelum kami pulang ?”

“Oh..boleh,boleh, silahkan. Ali, antar bapak dan ibu ke kamar Somad”. Setelah keduanya bersalaman dengan kanjeng syech, Ali segera mengantar mereka menemui Somad. Ternyata Somad tidak berada di kamar.“Somad di kandang” kata salah satu santri yang ada disitu. Mereka pun segera menuju kandang kuda. Tampak Somad sedang memandikan kuda. Si bapak tercengang karena dia melihat semua kandang sudah berisi kuda lagi, kuda yang sama dengan yang kemarin. Bulunya berwarna keemasan begitu juga buntutnya. Tidak terasa mulutnya komat-kamit : “Maha suci Tuhan, maha suci Tuhan” akalnya sudah tidak lagi mampu untuk memikirkan semua ini. Begitu pula dengan si ibu dia terheran-heran melihat bagusnya kandang dan isinya. Belum pernah dia melihat kuda sebagus itu. Apakah kuda seperti ini yang dikorbankan kanjeng syech untuk Somad ? pikirnya. Jika iya, alangkah besar pengorbanan syech untuk putranya itu.

“Pak…,Bu…” sapa Somad, “sudah mau pulang ?”

“E..e..,i..i..ya, iya , nak. Bapak dan ibu mau pulang. Kamu baik-baik ya disini. Layani kanjeng syekh dengan sebaik-baiknya. Bapak dan ibu yakin kamu akan mendapatkan ilmu yang manfaat disini”.

“Iya, pak. Doakan Somad ya, Bu, Somad bisa jadi santri”

“Iya, nak, pasti ibu doakan. Jaga kesehatanmu” pesan ibu.

Somad mengantar kedua orang tuanya ke pintu gerbang dengan menenteng beberapa bungkusan oleh-oleh yang dititipkan kanjeng syech untuk orang tuanya.

Malam harinya santri berkumpul untuk mendengarkan nasehat dan bimbingan dari kanjeng syech. Pada akhir wejangannya kanjeng syech berkata :

“Tidaklah bijaksana jika menilai hamba Tuhan dari lahirnya karena tampilan lahir hanyalah sebatas penglihatan mata luar saja. Ingatlah firman Tuhan bahwa ’ Dia tidak melihat kepada jasadmu juga tidak melihat kepada bentukmu tetapi Tuhan melihat hatimu’. Sesuaikanlah penglihatan kamu sekalian dengan penglihatan Dzat yang tidak pernah salah yaitu penglihatan Tuhan, dengan demikian kamu tidak akan salah dalam melihat dan menilai seseorang. Tuhan tidak melihat apa yang kamu punya karena semua ini milikNya tetapi Tuhan melihat apa yang kamu beri sebab dengan memberi hatimu merasa tidak memiliki. Sebutan untuk orang kaya dan berada bukan dinilai dari apa yang dia punya melainkan dari apa yang sudah ia beri untuk ditukar dengan Ridlo Tuhannya. Semoga kamu sekalian ; para santri; bisa memahami ini”.Somad mendengarkan dengan seksama, sekarang sudah terjawab apa yang selama ini menjadi ganjalan hatinya. Dia sudah makan sepuluh hati kuda berbulu emas ini sebagai symbol bahwa dia harus merubah hatinya menjadi hati yang mulia seperti emas. Dia bertekad akan belajar sungguh-sungguh, bekerja sungguh-sungguh agar nantinya dia bisa jadi orang kaya berhati emas seperti Kanjeng Syech.

Hikayat Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah. Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga. Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

“Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah,” ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.

“Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku,” katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani “maksa” kepada Allah seperti doa sebelumnya.

“Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku,” begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul. Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit “diplomatis” dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.

“Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu,” begitu doa Abu Nawas.

Barangkali karena keikhlasan dan “keluguan” Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.

Kisah Nabi Daud A.S Dan Sekor Ulat

Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala Nabi Daud a.s sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab Az-Zabur, dengan tiba-tiba dia melihat seekor ulat merah. Lalu Nabi Daud a.s. berkata pada dirinya, “Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?”


Setelah Nabi Daud berkata seperti itu, maka Allah pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. “Wahai Nabi Allah! Allah s.w.t telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca ‘Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar’ setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca ‘Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim’ setiap malam sebanyak 1000 kali.

Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud a.s. “Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?” Akhirnya Nabi Daud menyadari akan kesalahannya karena memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah s.w.t. maka Nabi Daud a.s. pun bertaubat dan menyerahkan diri kepada Allah s.w.t. Begitulah sikap para Nabi a.s. apabila mereka menyadari kesalahan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah s.w.t.

Amalan Ilmu Panguncen

Dengan ilmu ini musuh bila terkena akan terhenti gerakannya. Dalam pengerahan ilmu ini kita harus mempunyai tenaga dalam yang sudah sempurna.Untuk memperoleh ajian ini diperlukan syarat-syarat dibawah ini :
a. Sebelum melakukan puasa sunnah selama 41 hari, diharuskan mandi keramas.
b. Selama puasa harus membaca rapalan sebanyak mungkin.
c. Selesai puasa setiap hari harus dibaca 3 kali.


pantangan:
- Dilarang membunuh lawan yang tidak berdaya.
- Jangan digunakan untuk mengunci binatang.
- Jauhi larangan Tuhan.


Mantra :
“Bismillahirrohmanirrohiim,
Sun matek aji, ajiku kunci wali,
Di kancing para nabi,
Di konci dening Alloh,
Sakabehing hawa nafsuh lan kasekten si ….
Kang agawe ala marang badaningsun,
Oleh berkahing Kanjeng Nabi Muhammad.

Amalan Anti Silet

Bismilahirahmanirahim
Allu lathiful khabir – Allahu lathiful khabir
aji aji ku sapuning jagat
kethuku kolo sutoning jagat
klambiku ontokusumo
sabukku suwere seno
pakuwatanku pandowo limo
ototku kawat
balungku wesi
sungsumku wojo
laillaha illa allah muhamadurrasullalah

Baca 3 x sehabis salat 5 waktu SEUMUR HIDUP

Cara Mempertajam Mata Batin

Seluruh kekuatan yang ada didunia ini, bersumber dari kuasa Allah SWT. Segala usaha pencapaian manusia dalam meningkatkan konsentrasi batinnya kepada Allah, akan memberikan konsesi yang besar berupa pengetahuan dan kemampuan melebihi rata-rata orang lain.

1. Makanan Harus Halal dan Bersih.

Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin bersumber dari tenaga Ilahiyah harus memperhatikan makanannya. 

Baginya pantang kemasukan makanan yang haram karena keberadaannya akan mengotori hati. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan hanya dilihat dari jenisnya saja ( Misal ; Babi, bangkai, dll. ), tapi juga dari cara dan proses untuk mendapatkan makanan tersebut. Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa sulit untuk diajak menyatu dengan hal-hal yang positif, seperti : dibuat zikir tidak khusuk, berdo'a tidak sungguh-sungguh dan hati tidak tawakal kepada Allah. Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu menuntut untuk diberi makanan yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak dalam lingkaran ini sulit untuk melepaskannya, sehingga secara tidak langsung menjadikan hijab atau penghalang seseorang memperoleh getaran/ cahaya Illahiyah.

Disebutkan, setitik makanan yang haram memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh diatas kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya. Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembus nya. Tapi dengan zikir dan menjaga makanan haram, hati menjadi bersih bercahaya. Begitu halnya jika anda menghendaki dijaga para malaikat Allah, jangan kotori diri anda dengan darah dan daging yang tumbuh dari makanan yang haram. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering menyarankan seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu pelajaran dengan laku batin seperti puasa.

Konon, puasa itu bertujuan menyucikan darah dan daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih, diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga. Bahkan ada suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu. Fungsinya hanya untuk mempersiapkan wadah yang bersih terhadap ilmu yang akan diwadahinya.

2. Berpantang Melakukan Dosa Besar.

Berpantang melakukan dosa-dosa besar juga dalam upaya membersihkan rohani. Di mana secara umum kemudian dikenal pantangan Ma-Lima yaitu :Main, Madon, Minum, Maling dan Madat, yang artinya berjudi, zina, mabuk-mabukan, mencuri dan penyalahgunaan narkotika.

Walau lima hal ini belum mencakup keseluruhan dosa besar tetapi kelimanya diyakini sebagai biang dari segala dosa. Judi umpamanya, seseorang yang sudah terlilit judi andaikan ia seorang pemimpin maka cendrung korup dan hanya kecil kejujuran yang masih tersisa padanya. Begitu halnya dengan perbuatan seperti zina, mabuk-mabukan, mencuri, dan menyalahgunakan narkotika diyakini sebagai hal yang mampu menghancurkan kehidupan manusia. Karena itu orang yang ingin memiliki kekuatan batin yang hakiki hendaknya mampu menjaga diri dari lima perkara ini. Seseorang yang sudah "Kecanduan" satu diantara yang lima perkara ini bukan hanya rendah dipandang Allah, dipandangan manusia biasa pun ikut rendah. Nurani yang kotor menyebabkan do'a-do'a tidak terkabul.

Beberapa langkah apabila dilakukan secara konsekuen, Insya Allah menjadikan manusia "Sakti" Dunia Akhirat. Getaran batinnya kuat, ibarat voltage pada lampu yang selalu di tambah getarannya sementara kaca yang melingkari lampu itu pun selalu dibersihkan melalui laku-laku yang positif. Hikmah suatu amalan (bacaan) biasanya terkait dengan perilaku manusianya. Dalam hadistnya Turmudzi meriwayatkan, "Seseorang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan memurnikan niat, pasti dibukakan untuknya pintu-pintu langit, sampai ucapannya itu dibawa ke Arsy selagi dosa-dosa besar dijauhi".

Hadist ini bisa ditafsiri bahwa suatu amalan harus diimbangi dengan pengamalan. Adanya keselarasan antara ucapan mulut dengan tindakan menyebabkan orang itu mencapai hakikatnya "Kekuatan-Kesaktian".

3. Berhati Ikhlas Berpantang Tamak.

Seseorang yang memiliki hati ikhlas, tidak rakus dengan dunia lebih memiliki kepekaan dalam menyerap pelajaraan ilmu batin. Secara logika, orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan konsentrasinya pada satu titik tujuan, yaitu persoalan yang dihadapinya.

Disebutkan bahwa orang yang berhati ikhlas diperkenankan Allah SWT untuk :Berbicara, Melihat, Berpikir dan Mendengar bersama dengan Lidah, Mata, Hati dan Telinga Allah ( baca hadist Thabrani ). Hati yang ikhlas identik dengan ketiadaan rasa tamak. Orang yang memiliki sifat ikhlas dan tidak tamak amat disukai manusia. Rasullullah SAW pernah didatangi seorang sahabat yang ingin meminta resep agar disukai Allah SWT dan disukai sesama manusia. Rasullullah bersabda : "Jangan rakus dengan Harta Dunia, tentu Allah akan menyenangimu, dan jangan tamak dengan hak orang lain, tentu banyak orang yang menyenangimu ".

Hadist ini jika dikaitkan dengan kehidupan para spiritualis mereka memiliki power pertama kali disebabkan karena kharismanya, jika seseorang itu banyak disukai sesamanya maka apa yang diucapkan pun akan dipercaya. Sebaliknya walau orang itu berilmu tinggi tetapi kalau tidak disukai sesamanya maka apa yang diucapkannya pun tidak akan ada yang menggubris.

4. Bersedekah ( Dermawan ).

Bersedekah selain untuk tujuan ibadah sosial juga memiliki pengaruh terhadap menyingkirnya bahaya. Banyak hadist membahas masalah sedekah berkaitan dengan tolak-balak. Dengan banyak bersedekah, seseorang akan memperoleh limpahan rezeki dan kemenangan.

Rasullullah SAW bersabda : "Wahai Manusia !! Bertobatlah Kamu kepada Allah sebelum mati, segeralah Kamu beramal saleh sebelum Kamu sibuk, sambunglah hubungan dengan Tuhanmu dengan memperbanyak zikir dan memperbanyak amal sedekah dengan rahasia maupun terang-terangan. Tuhan akan memberi Kamu rezeki, pertolongan dan kemenangan". (HR Jabir RA)

Dalam kehidupan bermasyarakat kita bisa melilhat hikmah dari sedekah ini. Seseorang yang memiliki jiwa dermawan amat disukai sesamanya. Logikannya jika orang itu disukai banyak orang maka ia jauh dari bahaya. Kisah nyata terjadi pada suatu daerah. Dua orang yang sama-sama memiliki ilmu batin memiliki kebun mangga. Ketika hampir musim panen, mangga dari seorang dermawan itu tidak ada yang mencurinya, sebaliknya kebun mangga yang milik orang bakhil itu banyak dicuri anak-anak muda. Disinyalir, pencurian itu terjadi karena unsur "Tidak Suka" dengan pemilik kebun. Sedangkan anak-anak muda itu mengapa tidak mau mencuri kebun milik sang dermawan, rata-rata mereka mengutarakan keengganannya "Ah dia orang baik kok kita kerjain" katanya, nah anda ingin menang dan sakti dunia akhirat ?? perbanyaklah sedekah.

5. Mengurangi Makan dan Tidur

Sebuah laku tirakat yang universal yang berlaku untuk seluruh makhluk hidup adalah puasa. Ulat agar bisa terbang menjadi kupu-kupu harus berpuasa terlebih dahulu, ular agar bisa ganti kulit harus puasa terlebih dahulu dan ayam agar bisa beranak pun harus puasa terlebih dahulu.

Secara budaya banyak hal yang dapat diraih melalui puasa. Orang-orang terdahulu tanpa mempermasalahkan sisi ilmiahnya aktivitas puasa telah berhasil mendapatkan segala daya linuwih atau keistimewaan melalui puasa yang lazim disebut tirakat. Para spiritualis mendapatkan Wahyu maupun Wisik ( Petunjuk ghoib melalui puasa terlebih dahulu ). Dan tradisi itu masih terus dilestarikan orang-orang zaman sekarang. Intinya sampai kapanpun orang tetap meyakini dengan mengurangi makan dalam hal ini adalah puasa, seseorang akan memperoleh inspirasi baru, intuisi. Tradisi kita, ketika secara budaya sudah tiada lagi tempat untuk bertanya, melalui puasa seseorang bisa mendapatkan telinga yang baru dan ketika ia tak lagi mampu berkata, dengan puasa seseorang mampu memperoleh mulut yang baru.

Secara logika, puasa adalah bentuk kesungguhan yang diwujudkan melalui melaparkan diri. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh saja yang sanggup melakukannya. Aktivitas ini jika ditinjau dari sisi ilmu batin, menunjukan bahwa kesungguhan memprogram niat itu yang akan menghasilkan kelebihan-kelebihan. Hati yang diprogram dengan singguh-sungguh akan menghasilkan seseuatu yang luar biasa. Karena itu dalam menempuh ilmu batin, aktivitas puasa mutlak dibutuhkan. Karena didalam puasa itu tidak hanya bermakna melaparkan diri semata. Lebih dari itu, berpuasa memiliki tujuan manonaktifkan nafsu syaithoni. Non aktifnya nafsu secara tidak langsung meninggikan taraf spiritual manusia, sehingga orang-orang yang berpuasa do'a nya makbul dan apa yang terusik dalam hatinya sering menjadi kenyataan.

Menurut Imam Syafi'i dengan berpuasa seseorang terhindar dari lemah beribadah, berat badanya, keras hatinya, tumpul pikirannya dan kebiasaan mengantuk. Dari penyelidikan ilmiah puasa diyakini memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia. Orang-orang terdahulu memiliki ketajaman mata batin dan manjur Ilmu kanuragannya karena kuatnya dalam Laku Melek atau mengurangi tidur malam hari. Bahkan burung hantu yang dilambangkan sebagai lambang ilmu pengetahuan pun disebabkan karena kebiasannya "Tafakur " pada malam hari. Dalam filosofi ilmu batin, memperbanyak tafakur malam hari menyebabkan seseorang memiliki "Mata Lebar", yaitu ketajaman dalam melihat dan membaca apa-apa yang tersirat dibalik kemisterian alam semesta ini. Bahkan ketika agama Islam datang pun membenarkan informasi sebelumnya yang dibawa oleh agama lain. Hanya Islam yang menginformasikan bahwa dengan ber-Tahajud ketika orang lain terlelap dalam tidur, menyebabkan orang itu akan ditempatkan Allah SWT pada tempat yang terpuji.

Pada keheningan malam terdapat berbagai hikmah. Melawan "Nafsu" tidur menuju ibadah kepada Allah SWT dan dalam suasana hening itu konsentrasi mudah menyatu. Saat inilah Allah SWT memberikan keleluasaan kepada hamba-hamba-Nya guna memohon apa saja yang diinginkan. Banyak para spiritualis yang memiliki keunikan dalam ilmu batin bukan karena banyaknya ilmu dan panjangnya amalan yang dibacanya, melainkan karena laku prihatin pada malam harinya. Insya Allah seseorang yang membiasakan diri tafakur dan beribadah pada malam hari, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan dalam ilmu-ilmunya.

6. Zikir Kalimah Toyyibah.

Ada hal-hal yang tersembunyi dibalik zikir kalimah Toyyibah "La ilaha illallah" pertama, zikir ini disebut sebagai sebaik-baiknya zikir, berdasarkan hadist riwayat Nasa'i, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban, dan Hakim "Afdhaluzd dzikri La ilaha Illallaahu" yang artinya : sebaik-baik zikir adalah La ilaha illallah.

Kemudian pada hadist yang lain disebutkan bahwa dengan zikir kalimah Toyyibah ini menyebabkan pintu langit terbuka, selagi yang membaca kalimah itu orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Sedangkan dengan mengamalkan zikir kalimah ini, sepanjang zikir ini diamalkan secara tulus ikhlas mengharap ridho Allah SWT, justru Allah yang akan mengatur potensi manusia. 

Dalam hadist Qudsy tersurat : "Barang siapa disibukkan zikir kepada-Ku sehingga tidak sempat memohon dari-Ku maka Aku akan memberikan yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan".

Artinya : hikmah dari zikir kalimah Toyyibah itu, seseorang akan diberi karunia oleh Allah SWT walau jenis karunia itu tidak dimintanya. Ini Yang disebut dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Hikmah lain, dari membiasakan diri berzikir kalimah "La ilaha illallah ", secara tidak langsung berarti merekam kalimat itu pada alam bawah sadar manusia. Seseorang dalam kondisi kritis, kalimat yang reflek muncul dari alam bawah sadarnya adalah kalimat yang paling akrab dengan lidah dan hatinya. Maka, seseorang yang istiqomah dalam zikir kalimah "La ilaha illallah ", bila saat sakaratul maut hendak menjemput, Insya Allah kalimat itu yang akan muncul dari mulutnya. Dengan demikian berlakulah janji Allah SWT bahwa seseorang yang diakhir hayatnya mengucapkan kalimat "La ilaha illallah", maka sorgalah balasannya. Menyimak hal-hal dibalik kalimah Toyyibah ini, ada dua keuntungan yang bisa kita raih. Pertama keuntungan dunia berupa ketenangan hati akibat bias dari aktivitas zikir, juga keuntungan dunia berupa datangnya karunia yang dilimpahkan yang lebih baik dibanding hamba lain yang meminta.

Sedangkan pahala akhiratnya adalah menemui kematian dengan Khusnul Khotimah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang memperoleh keuntungan dunia akhirat. Amin.

7. Memakai Wewangian.

Kalau kekuatan fisik seseorang ditentukan dari ototnya. Kekuatan ilmu batin ditentukan dari roh. Memperkuat roh, salah satu caranya dengan wewangian. Karena itu orang yang sedang mempelajari ilmu batin atau ingin melestarikan kekuatan ilmu batin dalam jiwa raganya, ia dituntut selalu mengenakan wewangian.


Disebutkan, wewangian amat dibenci setan dan disukai para malaikat. Pengertian "Wangi" disini bukan sekedar wangi karena bau minyak wangi. Wangi yang hakiki adalah wanginya kepribadian, dan itu berarti Ahlakul Karimah. Tentu saja, melengkapi antara syareat dan hakikat itu seseorang memang disunahkan memakai wewangian sekaligus menghiasi diri dengan Ahlak yang baik.

Ibnu Battutah Sang Penemu Peta Dunia Pertama

“Dan Kami jadikan antara mereka (penduduk Saba’) dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.”(Qs. Saba’ [34]: 18)

Hanya dengan berbekal peralatan seadanya, Ibnu Battutah merupakan orang pertama yang melakukan petualangan mengelilingi dunia. Abu Abdullah Muhammad Ibnu Battutah (1304-1377 M) yang lahir di Tangier memulai perjalanan panjangnya pada usia 20 tahun. Awalnya, Ia melakukan perjalanan darat dan menyusuri pantai utara Afrika melewati Aljazair Tunisia, Tripoli, Alexandria, Kairo, Jerusalem, singgah di Damaskus, dan kemudian menuanaikan ibadah haji di Mekkah. Perjalanannya kemudian dilanjutkan menuju wilayah – saat ini – Iran dan Irak, dan diteruskan ke Pantai Timur Afrika hingga ke Kota Kilwa, sekarang Tanzania, melalui jalur laut ke Teluk Persia.

Pengambaaran beliau ke wilayah Asia Tengah diteruskan melalui Anatolia ke Turki. Singgah di Konstantinopel – sekarang Istambul- sebelum kemudian berlayar menyeberangi Laut Hitam dan dilanjutkan ke dekat wilayah Afghanistan sekarang. Dari wilayah Sungai Volga, Ia melintasi Afghanistan melalui Kabul hingga ke Delhi, India. Pada tahun 1342, Sultan Delhi mengutus Battutah melakukan perjalanan ke Cina sebagai Duta Besar. Ia berlayar melalui Kepulauan Maladewa, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Kepulauan Andaman, Aceh, Selat Malaka, Singapura, mengarungi Laut Cina Selatan dan meneruskan perjalanan darat hingga ke Beijing di bagian utara Cina. Sekembali dari pengembaraannya, beliau diminta oleh Sultan Maroko untuk menceritakan kisah perjalanannya, yang kemudian dibukukan dengan judul “Rihlah Ibnu Battutah al-Musammah Tuhfah al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa ‘Ajaib al-Asfar”. Kisah ini amat kaya dengan penggambaran dunia di bidang geografi, sejarah, antropologi dan juga kebudayaan pada saat itu.

Wallahu a’lam bish-shawab
See all post

Tips Sehat

See all post

Tips Seo

 
DMCA.com
*Layanan ini disediakan oleh PT Globalj4v4 Sdn. | Halaman Awal ini juga disediakan oleh PT Globalj4v4 Sdn. | Semua layanan lain yang tidak memiliki tanda “*” akan menuju ke situs web pihak ketiga, yang kontennya mungkin tidak sesuai dengan undang-undang di wilayah Anda. Anda, bukan PT Globalj4v4 Sdn, bertanggung jawab penuh atas akses ke dan penggunaan situs web pihak ketiga.
Hak Cipta © 2020 PT Globalj4v4 Sdn (Co. Reg. BlogID. 2825584887500486077). Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Kampus Wong Sinting | Globalj4v4 | Globalw4r3 | Google