Headlines News :

Latest Post

Syekh Ronggokusumo

Syekh Ronggokusumo adalah putera K.Agung Meruwut yang juga masih keponakan KH.Ahmad Mutamakkin yang merupakan salah satu murid yang lain, ia diperintahkan untuk membuka tanah (menebang hutan) disebelah barat Desa Kajen. Perintah beliau dilaksanakan penuh tanggungjawab sehingga dalam waktu yang singkat (konon dalam waktu satu malam) tanah tersebut terlihat emplak-emplak, sehingga oleh beliau dinamai Desa NGEMPLAK. K.Raden Ronggokusumo menetap di Desa tersebut dan ia berjasa besar dalam menyiarkan Agama Islam.Setiap tanggal 10 Shafar, Hari Ulang Tahun atau Haul yang selalu dibanjiri oleh para zairin dari berbagai daerah. Makam beliau terletak di Desa Ngemplak, Kecamatan Margoyoso,Kabupaten Pati,.

Makam Ronggokusumo :
  • Lokasi di Desa Kajen Kec. Margoyoso.
  • Obyek wisata yang dikunjungi makam dan Masjid.
  • Waktu kunjungan 60 menit ( 09.15 s/d 10.15 ).
  • R.Ronggokusumo merupakan keturunan dari Sultan Demak, sebelum membuat Masjid dan mengajarkan Islam beliau adalah kepala perampok yang menjadi pengawasan dan buronan dari Sunan Mangkurat. Setelah beliau bertemu dengan K.H Achmad Mutomakin kemudian disuruh membuka hutan dan diajari tentang agama Islam, sehingga tabiatnya berubah menjadi baik.

Syekh Jangkung | Geger Palembang_Mp3 Full


Dalam perjalanannya, Saridin terdampar di Tanah Palembang yang ketika itu tengah dilanda konflik dikalangan elit Kasultanan Palembang. Sultan Iskandar di Palembang sudah uzur dan sudah pada waktunya menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Putra Mahkota yaitu Pengeran Alamsyah. Permasalahannya adalah karena Pangeran Alamsyah masih terlalu muda untuk memimpin Negara, terlebih saat ini Pangeran Alamsyah sedang menuntut ilmu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh adik Sultan Iskandar yaitu Pengeran Sanggar Singgih yang ternyata punya affair dengan permaisuri Sultan Iskandar. Tidak berhenti sampai disitu, Permaisuri dan Pangeran Sanggar Singgih berkomplot untuk menghabisi Sultan. Dalam sebuah kesempatan, Sultan meninggal dunia secara mendadak. Pada saat itulah Sanggar Singgih masuk menggantikan Sultan Iskandar, kendati cuma bersifat sementara.

Berikut adalah cerita Syekh Jangkung seri Geger Palembang saya share dalam format Mp3.
Selamat Mendengarkan..

Geger Palembang Vol.1


Geger Palembang Vol. 2


Geger Palembang Vol. 3


Geger Palembang Vol. 4


Geger Palembang Vol. 5 ( Tamat )


Lahire Syekh Jangkung_Mp3

Saridin lahir dari seorang ibu yang bernama Sujinah, istri dari Sunan Muria. Ketika Sujinah mengandung, Sunan Muria pergi dari Muria untuk menjalankan tugas,pada suatu hari datanglah Sunan Bonang ke Muria. Setelah beberapa lama Sunan Muria menjalankan tugasnya,lalu Sunan Muria pulang,sesampai di rumah Sunan Muria melihat Sunan Bonang sudah ada disana,lalu Sunan Muria marah dan tidak mau menerima Sujinah lagi sebagai istrinya.
Mendapat perlakuan seperti itu, lalu Sujinah lari dari Muria, sesampai di pinggiran sungai Sujinah melahirkan seorang bayi laki-laki,lalu bayi itu di letakkan di pinggiran sungai dan Sujinah terjun kesungai. Selang beberapa lama, datanglah Sunan Kalijaga dan di bawalah bayi tersebut. Ketika Sunan Kalijaga berjalan beliau mendengar ada salah satu orang yang sedang berdoa meminta kepada Allah agar di karuniai seorang anak laki-laki, orang tersebut adalah Ki Gede Kelingan.

Berikut ini adalah kisah selengkapnya,,yang sudah saya share dalam bentuk Mp3.
Selamat mendengarkan...

Bagian 1

Bagian 2

Bagian 3

Bagian 4

Bagian 5



Bagian 6


Salam KWS_Pati

Syekh Jangkung | Saridin

Saat era Wali Songo, di suatu daerah di pesisir utara pulau Jawa, tepatnya di daerah Pati, tersebutlah seorang pemuda desa yang lugu dan bersahaja, bernama Saridin. Nama Saridin mungkin tidak begitu tenar secara nasional, tapi sudah melegenda secara regional. Region itu adalah wilayah Demak Kudus Pati Juwono Rembang, atau yang sering dilafadzkan sebagai Anak Wedus Mati Ketiban Pedang.
Saridin seorang sakti, namun lugunya tidak ketulungan, sehingga (seakan) tidak menyadari kesaktiannya.

Dia pernah membunuh kakak iparnya, karena sang kakak sering mencuri durian miliknya. Saat itu kakaknya menyamar menggunakan pakaian harimau, sehingga Saridin tidak mengenali. Dengan sekali tombak, matilah sang ipar. Saat ditanya oleh petugas, Saridin mengaku tidak membunuh kakaknya, melainkan membunuh harimau yang mencuri duriannya. Meskipun jika pakaian harimau dibuka, Saridin tau bahwa itu kakak iparnya.
Kalo secara hukum, Saridin tidak bersalah, karena membela miliknya, dan tidak menyadari kalo harimau itu adalah kakaknya. Namun demikian, Saridin tetap harus dipenjara.

Untuk memasukkan ke penjara bukan hal mudah, karena Saridin ngotot tidak bersalah. Akhirnya Adipati Jayakusuma, pemimpin pengadilan, menggunakan kalimat lain, bahwa Saridin tidak dipenjara, melainkan diberi hadiah sebuah rumah besar, diberi banyak penjaga, makan disediakan, mandi diantarkan. Akhirnya Saridin bersedia. Sebelum dipenjara, Saridin bertanya apakah boleh pulang kalo kangen anak dan istrinya. Petugas menjawab: “boleh, asal bisa” . Dan terbukti beberapa kali Saridin bisa pulang, keluar dari penjara di malam hari dan kembali lagi esok harinya.

Karena Adipati jengkel, Saridin dikenai hukuman gantung. Tapi saat digantung para petugas tidak mampu menarik talinya karena terlalu berat. Saridin menawarkan ikut membantu, dijawab oleh Adipati: “boleh, asal bisa”. Dan karena ijin itu Saridin lepas dari talinya, lalu ikut menarik tali gantungan.

Adipati semakin murka, dan menyuruh membunuh Saridin saat itu juga. Sebuah tindakan putus asa seorang penguasa. Saridin melarikan diri sampai ke Kudus, yang lalu berguru pada Sunan Kudus. Di sini Saridin tidak berhenti menunjukkan kesaktiannya, malah semakin menonjol. Saat disuruh bersyahadat oleh Sunan Kudus, para santri lain memandang remeh pada Saridin, apa mungkin Saridin bisa mengucapkannya dengan benar. Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan semua orang. Saridin justru lari, memanjat pohon kelapa yang sangat tinggi, dan tanpa ragu terjun dari atasnya. Sampai di tanah, dia tidak apa-apa. Semua pada heran pada apa yang terjadi.

Sunan Kudus menjelaskan, bahwa Saridin bukan cuma mengucapkan syahadat, tapi seluruh dirinya bersyahadat, menyerahkan seluruh keselamatan dirinya pada kekuasaan tertinggi. Kalo sekedar mengucapkan kalimat syahadat, anak kecil juga bisa. Namun Saridin masih tetap dilecehkan oleh para santri. Saat ada kegiatan mengisi bak air untuk wudlu, Saridin bukannya diberi ember, malah diberi keranjang. Tapi dengan keranjang itu pula Saridin bisa mengisi penuh bak air. Saat Saridin mengatakan bahwa semua air ada ikannya, tidak ada yang percaya. Akhirnya dibuktikan, mulai dari comberan, air kendi sampai air kelapa, ketika semua ditunjukkan di depan Saridin, semua ada ikannya. Akhirnya Saridin diusir oleh Sunan Kudus, harus keluar dari tanah Kudus.

Singkat cerita, Saridin yang ternyata murid dari Sunan Kalijaga ini bertemu lagi dengan gurunya. Saridin diperintahkan untuk bertapa di lautan, dengan hanya dibekali 2 buah kelapa sebagai pelampung. Tidak boleh makan kalo tidak ada makanan yang datang, dan tidak boleh minum kalo tidak ada air yang turun. Pada akhirnya, Saridin dikenal sebagai Syeh Jangkung, yang tinggal di desa Landoh, Kayen, Pati.

Jejak Prabu Angling Dharma

Prabu Angling Dharma adalah seorang tokoh legenda dalam tradisi Jawa, yang dianggap sebagai titisan Batara Wisnu. Salah satu keistimewaan beliau adalah kemampuannya untuk mengetahui bahasa segala jenis binatang. Selain itu, ia juga disebut sebagai keturunan Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabharata. Beliau bersama patihnya, Batik Madrim mampu menjadikan Mlowopati menjadi besar dengan memenangi beberapa peperangan penting.
Selain itu beliau juga dikenal sebagai seorang raja yang arif dan bijaksana juga tersohor bisa menundukan bangsa jin.Tersohor juga dengan berbagai macam benda pusaka peninggalanya seperti : Keris Polang Geni, Panah Pasopati, dan lain sebagainya.

Akan tetapi siapa yang tahu bahwa makam dan beberapa peninggalan penting dari Prabu Angling Dharmo berada di kota Pati Jawa Tengah, tepatnya di desa Mlawat (Mlowopati) kecamatan Sukolilo. Kalau dari desa saya, kira-kira berjarak 15 Km-an. Selain itu, di sana juga terdapat makam sang Patih, Batik Madrim. Terdapat juga gua yang sangat dalam yaitu gua Eyang Pikulun Naga Raja Guru Prabu Angling Darma juga tempat pemandian yang sampai sekarang masih di sakralkan oleh penduduk setempat. Dan desa Mlawat sampai sekarang masih menjadi salah satu objek wisata sebagai peninggalan bersejarah yang kerap dikunjungi wisatawan.

Tapi sungguh perihal ini, sepertinya sangat perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan kemudian menjadi bagian kekayaan sejarah Indonesia karena semua tertuliskan dan didukung data-data yang valid. Selama ini tentang keberadaan makam Prabu Angling Dharma masih simpang siur karena hanya bersifat sejarah dari mulut ke mulut. Mungkin jika Anda adalah warga Bojonegoro akan menolak dengan keras dan bersikukuh mengatakan bahwa makam Prabu Angling Dharma berada di Bojonegoro. Jika tidak demikian, sebutan “Laskar Angling Dharma” sebagai warga Bojonegoro mungkin akan ditarik kembali.

Prabu Angling Dharma memang pernah bersinggah di Bojonegoro saat mengalami masa hukuman dan kutukan menjadi burung Belibis. Beliau dihukum oleh Dewi Uma dan Dewi Ratih karena melanggar janji sendiri untuk tidak menikah lagi sebagai wujud cintanya kepada Dewi Setyowati yang mati bunuh diri. Dianggap melanggar janji saat Dewi Uma dan Dewi Ratih menguji keteguhan janji itu dengan cara menyamar menjadi nenek-nenek dan gadis cantik menyerupai Dewi Setyowati. Dan runtuhlahlah iman sang Prabu. Kemudian beliau dikutuk kedua kalinya oleh seorang putri raksasa yang cantik dan pemakan manusia sebagai burung Belibis. Dan pada perjalanan selanjutnya sampailah beliau di Wonosari, Bojonegoro dan kisah selanjutnya beliau memperistri Dewi Srenggono, Trusilo, dan Mayangkusuno dan kemudian mempunyai beberapa putra.

Dan hal terpenting yang perlu dicatat adalah sang Prabu pernah kembali ke kerajaan Mlowopati beserta istri dan putranya karena saat itu Mlowopati diserang Raja Raksana Pancadnyono. Dan atas kembalinya sang Raja Mlowopati, dimenangilah peperangan itu walaupun Batik Madrim dan pasukanya sempat kwalahan. Akan tetapi belum diketahui secara pasti apakah sang Prabu menetap di Mlowopati sampai akhir hayat atau tidak. Sehingga sampai saat ini masih menjadi perdebatan yang panjang perihal letak makam Prabu Angling Dharma.

Selain di Bojonegro, tak sedikit yang menganggap bahwa makam Angling Dharma terdapat di tanah Sunda beserta kerajaanya. Dan lebih menarik lagi oleh beberapa orang juga disebutkan Angling Dharma pernah di Temanggung (lereng Gunung Sumbing), tepatnya di daerah Kedu, arah ke Parakan.

Walaupun demikian, saya masih meyakini bahwa makam Prabu Angling Dharma berada di desa Mlawat, kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jateng. karena di sana juga terdapat Sendang Nogorojo dan Sendang Nogogini (Nogogini adalah istri dari Naga Pertala, sahabat Angling Dharma).

Salam KWS_Pati....

Syekh Ahmad Mutamakkin

Diceritakan bahwa raja Demak ketiga Sultan Trenggono (putra Brawijaya atau Raden Patah, raja Demak pertama) telah mengawinkan salah satu putrinya dengan Jaka Tingkir ( Sultan Hadiwijaya ) dari perkawinan itu lahirlah Pangeran Benowo ( Raden Hadiningrat ) yang mempunyai putra bernama pangeran Sambo ( Raden Sumohadinegoro ) yang menurunkan putra Ahmad Mutamakkin.

Syech Ahmad Mutamakkin adalah seorang tokoh lokal yang menjadi cikal bakal dan nenek moyang orang kajen dan sekitarnya, yang kelak kemudian hari menjadi motivator dan inspirasi berdirinya pondok pesantren yang sekarang menjadi ciri khas desa tersebut. Syech Mutamakkin bagi masyarakat di wilayah Pati diyakini sebagai seorang Waliyullah yang memiliki kemampuan linuih baik dalam bidang spirituil ( keilmuan tentang Islam ) maupun supranatural ( karomah ). Beliau dilahirkan di Desa Cebolek, 10 Km dari kota Tuban, karenanaya beliau di kenal dengan sebutan Mbah bolek di daerahnya. Sedangkan nama al-Mutamakkin merupakan nama gelar yang didapatkan sepulang menuntut ilmu di Timur Tengah, yang berarti orang yang meneguhkan hati atau diyakini akan kesuciannya.

Di desa asalnya itu yang sekarang sudah berganti nama menjadi Desa Winong dapat dijumpai peninggalannya berupa sebuah Masjid Kuno yang terletak di pinggir sungai yang didalamnya masih tersimpan kayu berbentuk lonjong agak bulat yang dipergunakan beliau untuk menjemur peci/baldu ( masyarakat sekitar menyebutnya Klebut) dan sebuah batu yang berbentuk asbak. Sementara keris pusaka Syech Ahmad Mutamakkin diyakini oleh masyarakat sekitar masih berada di dalam pohon sawo kecik yang berada di depan masjid itu. Kehidupan masyarakat yang damai dan tentram ini adalah hasil perjuangan beliau dengan menyadarkan para penyamun dan penjahat yang menguasai daerah itu sebelumnya.

Lazimnya orang yang hidup pada zaman dahulu, Mutamakkin muda mengembara untuk memenuhi hasrat keinginannya, suatu ketika sampailah pada sebuah tempat, tepatnya di sebelah utara timur laut Desa kajen sekarang, sebagaimana yang menjadi kebiasaan para pengembara pada waktu itu untuk menngembalikan suasana daerah asalnya sekaligus untuk memudahkan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, diberilah nama daerah itu dengan “cebolek” seperti desa kelahiran beliau.

Di Desa barunya ini Syech Ahmad Mutamakkin sempat bermukim beberapa saat sampai suatu ketika ada kejadian mistik yang memberikan isyarat kepada beliau untuk menuju ke arah barat, kejadian itu beliau alami setelah menunaikan sholat isya’ dengan melihat cahaya yang terang berkilauan di arah barat, bagi mbah Mutamakkin hal ini merupakan isyarat, dan pada esok harinya beliau menghampiri tempat dimana cahaya pada malam hari itu mengarah. Disana beliau bertemu dengan seorang laki-laki tua yang dalam cerita lokal diyakini sebagai orang pertama kajen yang bernama Mbah Syamsuddin. Dalam pertemuan itu terjadi sebuah dialog yang didalamnya ada penyerahan wilayah kajen dari Mbah Syamsuddin kepada Mbah Mutamakkin untuk merawat dan mengelolanya. Makam mbah syamsuddin berada disebelah barat makam Mbah Mutamakkin tepatnya di sebelah arah selatan blumbang, yang sampai sekarang sering digunakan para santri untuk riyadloh dan menghafalkan al-qur’an.

Dalam masa hidupnya syech Mutamakkin sepenuhnya mengabdikan diri untuk penyebaran agama Islam di daerahnya, beliau pernah belajar di Yaman kepada Syech Muhammad Zayn al-yamani yang merupakan seorang tokoh Sufi dalam tarekat Naqsyabandiyah dan sangat berpengaruh di yaman saat itu. Tidak diketahui secara pasti kapan syech Mutamakkin berguru kepada Syech Muhammad Zayn al-Yamani, namun melalui tahun wafatnya ayah Syech Zayn ( Syech Muhammad al-Baqi ) tahun 1663 dan kematian putranya ( Abdul Khaliq Ibn Zayn ) tahun 1740 jadi diperkirakan Syech Zayn hidup antara abad XVI-XVII. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Syech Mutamakkin berguru pada beliau pada sekitar masa itu.

Dalam serat cebolek diceritakan bahwa Syech Mutamakkin merupakan seorang tokoh yang mempunyai pemikiran kontroversial, yang pada saat itu sedang hangatnya pergumulan dalam pemikiran Islam antara Islam eksoteris yang berpegang teguh terhadap syari’at dan Islam esoteris yang mempunyai kecenderungan terhadap nilai-nilai substansial dalam Islam melalui ajaran ke-Sufian dan Tarekat. Syech Mutamakkin mewakili kelompok kedua dalam pergulatan tersebut, dengan berbagai ajarannya tentang ilmu hakekat yang dalam tasauf mengandaikan bersatunya antara kawula dan Gusti. Ajaran ini mendapatkan tempat di sebagian besar hati masyarakat saat itu karena memang mereka masih terbawa oleh budaya dan ajaran lama ( Hindu-Budha) yang dalam ajarannya identik dengan penerimaan terhadap hal-hal yang berbau mistik.

Sebagai seorang ‘alim, diceritakan Mbah Mutamakkin sangat teguh dalam memegang prinsip dan pendiriannya tentang Aqidah yang diajarkan dalam Islam, meskipun demikian beliau juga senang mengikuti dan mencermati cerita dalam pewayangan, terutama cerita yang menyangkut lakon Bima Suci atau Dewa Ruci, bahkan menurut penuturan Milal dalam bukunya, saking senangnya beliau termasuk satu-satunya orang yang fasih dan faham betul tentang alur dan penafsiran dalam cerita tersebut., karena memang bagi beliau cerita Bima Suci atau Dewa Ruci itu mengandung unsur kesamaan seperti apa yang pernah dipelajarinya dalam ilmu tasauf ketika berguru di Yaman pada syech Zain al-yamani.

Lazimnya seorang sufi, Mbah Mutamakkin gemar melakukan ritual-ritual yang berhubungan dengan peningkatan dalam meningkatkan kedekatan dan ketaqwaan kepada sang Khaliq ( Riyadloh), ritual ini biasanya beliau lakukan dengan melatih menahan dan mengurangi kegiatan makan, minum dan tidur, dalam rangka pengekangan hawa nafsu. Suatu ketika Mbah Mutamakkin melakukan riyadloh dengan puasa selama 40 hari. Pada hari terakhir riyadloh, sangi istri diminta untuk memasak yang enak dan lezat setelah itu disuruh untuk mengikat beliau, agar dapat mengalahkan hawa nafsunya. Namun sebagain versi lain mengatakan bahwa kejadian ini (pengikatan) hanya sebagai simbol pertarungan beliau dengan hawa nafsunya, yang akhirnya keluar dari dalam dirinya dua ekor anjing yang dengan lahapnya langsung menghabiskan hidangan yang telah disajikan oleh istrinya. Dua anjing tersebut lalu diberi nama oleh beliau Abdul Qohar dan Qomaruddin yang kebetulan menyamai nama penghulu dan khotib Tuban, pemberian nama ini bagi sebagian masyarakat yang anti terhadap beliau dianggap sebagai penghinaan atau bahkan sebagai sebuah kritik terhadap para penguasa saat itu, namun menurut H.M Imam Sanusi pemberian nama itu mengandung arti dan perlambang bagi Mbah Mutamakkin sendiri, yaitu hamba Allah yang mampu memerangi hawa nafsunya.

Mbah Mutamakkin adalah sosok seorang ‘alim yang terbuka, berani, apa adanya dan suka bercanda dan menguji seseorang, sikap dan sifat tersebut pernah membuat seorang musafir merasa terhina karena ketika bertamu di rumah beliau tersinggung oleh perkataan yang dilontarkan Mbah Mutamakkin pada saat menjamu makan nasi berkat ( satu porsi nasi dari kenduren ) yang dihabiskan sampai bersih, dikatakan oleh beliau bahwa anjingnya saja tidak suka makan ikan kering, apalagi sampai habis seperti itu. Karena tamu tersebut tidak terima dengan perkataan Mbah Mutamakkin yang dianggapnya sebagai sebuah penghinaan, akhirnya tamu itu membuat selebaran dan diedarkan kepada para ulama yang berisi tentang kehidupan Mbah Mutamakkin yang memelihara anjing dan suka melihat dan mendengarkan wayang, padahal bagi masyarakat Islam hal itu dianggap melanggar peraturan hukum Islam. Karena kejadian itu akhirnya Mbah Mutamakkin sempat disidangkan di keraton surakarta dengan penuntut seorang ‘alim dari kudus yang bernama katib anom untuk dihukum mati dengan dibakar, namun yang terjadi bukan hukuman malah sebaliknya beliau dibebaskan tanpa syarat dan berhasil kembali ke Kajen untuk meneruskan perjuangan atas apa yang menjadi keyakinannya.

Perjuangan dan ajaran beliau sampai sekarang masih diyakini dan dipegang teguh oleh keturunan dan para pengikutnya, pengaruh beliau masih dapat dirasakan sampai sekarang, layaknya sebagai tanah perdikan pada zaman itu yang dibebaskan dari pembayaran pajak, Kajen sekarang adalah tanah pendidikan yang menjadi alternatif dari bentuk pendidikan nasional yang ada, kajen dengan daya tarik dan berbagai kelebihannya ingin menyampaikan bahwa sejarah independensinya sebagai tanah perdikan tidak sekedar mandiri dalam arti sempit yang mengelola kehidupannya sendiri namun lebih dari itu Kajen adalah sebuah desa yang senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi tanpa menghilangkan nilai lokalitas yang dimilkinya, pembangunan bukan berarti merubah segala sesuatu dengan menghancurkan yang lama,tapi pembangunan adalah suatu usaha untuk memahami jati diri dan potensinya yang disesuaikan dengan kebutuhan demi kemaslahatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pesantren di desa kajen yang mencapai 26 dan sekitar 5 madrasah yang semuanya dikelola dan dikembangkan oleh keturunan sang pejuang dan penganjur nilai-nilai luhur dan keislaman, Mbah Mutamakkin.

Do'a Apabila Dihadang Musuh

Bilamana anda dalam suatu perjalanan, tiba-tiba dihadang oleh musuh bacakanlah amalan di bawah ini

Amalannya :
Bismillahirrohmaanirrohim,
Hasbiyalloohu min kulli syai-in allaahu yaghlibu kulla syai-in laa yaqifu li amrillaahi ayai-un la haula wa laa quwwata illaa bil laahil 'aliyyil 'adhiimi

Caranya :
Ambillah 3 butir anak batu, kemudian bacakanlah do'a di atas lalu tiupkan pada ketiga batu tersebut dan lemparkan ke arah kanan,kiri dan kemuka musuh tersebut. Dengan izin Allah musuh tersebut akan bertekuk lutut di hadapan anda, sehingga anda akan selamat dari kejahatan yang akan di lakukan terhadap anda.

Amalan Untuk Menyembuhkan Penyakit Mata

Amalan berikut sanyat berguna bagi yang penglihatannya rabun karena sesuatu penyakit.

Amalannya sebagai berikut :

Bismillahirrohmaanirrohim,,,
Syifaa-un min kulli daa-in bi rohmatika yaa arhamar roohimiina

Adapun caranya :

  • Pada malam tanggal 12 atau 13 atau 14 bulan purnama keluarlah sambil memandang bulan dan membaca surat Al-Fatihah 7x
  • Baca surat Al-Ikhlas 3x
  • Baca amalan di atas 7x pada kedua telapak tangan, kemudian usapkan pada kedua mata.
Insya allah akan lekas sembuh.
Semoga bermanfaat........

Amalan Untuk Merajah Orang Kerasukan Jin

Amalan berikut ini sangat bermanfaat untuk merajah orang yang kerasukan jin (syetan) dan bisa juga untuk merajah orang yang terkena sakit ayan.

Berikut adalah amalannya :

Bismillahirrohmaanirrohim...
Qul uuhiya illayya annahustama'a nafarun minal jinni fa qooluu innaa sami'anaa qur'aanan 'ajaban yahdiilar rusydii fa aamannaa bihii wa lan nusyirika bi robbinaa ahadan wa annahu ta'aalaa jaddu robbinaa mat takhodza shoohibatan wa laa waladan wa annahuu kaanna yaquulu safiihunaa 'alalloohi syathothon.
Wa annaadhonannaa an lan taquulal insu wal jinnu 'alaloohi kadziban wa annahuu kaana rijaalun minal insi ya'uuduuna bi rijaalin minal jinni fa zaaduuhum rohaqon.

Adapun Caranya Merajahnya :

  • Baca surat Al-Fatihah 7x
  • Ayat Kursi 7x
  • Baca amalan di atas 3x
  • Lalu dihembuskan pada sebuah mangkok yang di isi dengan air.
  • Kemudian airnya diminumkan pada orang yang kerasukan syetan atau orang yang sakit ayan itu.
Insya Allah apabila di amalkan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas maka akan segera sembuh/sadar.

Asma' Khodam Macan

Berikut adalah amalannya :

“DZUL JALALI WAL IKHRAM, QULHU ALLOHU AHAD,LAA ILAAHA ILALLAH, YA LATIF YA KHOBIR YA SAMI’UN BASIR, NIAT INGSUN MERUHI KHODIM MACAN KANG TUM0M0 ING BADAN INGSUN ,LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILAA BILLAH”

sebelum membaca asma’ :
Tawasul:
1. NABI MUHAMMAD saw
2. NABI KHIDR a.s
3. NABI ILYAS a.s
4. Syech Abdul Qodir AL jaelani
5. Kyai. Ahmad fauzi
6. Ust. hassan as’ad
7. Ali Habib
8. Orang tua
9. Anda
10. Hajat kita.

Lalu baca kunci:
1. Sahadat 3x
2. Sholawat 7x
3. Hasybiyallohu wa ni’mal wakiel 7x
4. A’udzubikalimatillahi tamati ming syari maakholaq 7x
5. Lahaula wala quwwata. . . 7x
6. Dzul jalali wal ikrom 7x.

Kemudian, langsung bc asma’ nya 33x sehabis solat fardu. Dan 101x sehabis sholat hajat selama 7 hari tanpa putus.

Karomah:


  • Akan di datangi khodam macan di dalam mimpi (biasanya menyamar). 
  • Mendapatkan ilmu al haq. 
  • Di beri ilmu oleh ALLAH melalui khodam macan . 
  • Di jaga dan di lindungi khodam macan. 
  • Dan ada karomah yg dasyat di dalam nya, nanti anda bsa tau sendiri.
Semoga bisa berguna....
 
DMCA.com
*Layanan ini disediakan oleh PT Globalj4v4 Sdn. | Halaman Awal ini juga disediakan oleh PT Globalj4v4 Sdn. | Semua layanan lain yang tidak memiliki tanda “*” akan menuju ke situs web pihak ketiga, yang kontennya mungkin tidak sesuai dengan undang-undang di wilayah Anda. Anda, bukan PT Globalj4v4 Sdn, bertanggung jawab penuh atas akses ke dan penggunaan situs web pihak ketiga.
Hak Cipta © 2020 PT Globalj4v4 Sdn (Co. Reg. BlogID. 2825584887500486077). Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Kampus Wong Sinting | Globalj4v4 | Globalw4r3 | Google